LANDASAN PERKEMBANGAN PENDUDUK INDONESIA
Penduduk adalah orang
atau orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung, negara, dan pulau) yang
tercatat sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku di tempat
tersebut. Berdasarkan tempat lahir dan lama tinggal penduduk suatu daerah dapat
dibedakan menjadi empat golongan, yaitu penduduk asli, penduduk pendatang,
penduduk sementara, dan tamu. Penduduk asli adalah orang yang menetap sejak
lahir. Penduduk pendatang adalah orang yang menetap, tetapi lahir dan berasal
dari tempat lain. Penduduk sementara adalah orang yang menetap sementara waktu
dan kemungkinan akan pindah ke tempat lain karena alasan pekerjaan, sekolah,
atau alasan lain. Adapun tamu adalah orang yang berkunjung ke tempat tinggal
yang baru dalam rentang waktu beberapa hari dan akan kembali ke tempat asalnya.
Yang mendasari perkembangan penduduk di Indonesia adalah banyaknya masyarakat yang menikahkan anaknya yang masih muda. Dan gagalnya program keluarga berencana yang di usung oleh pemerintah untuk menekan jumlah penduduk. Karena factor – factor tersebut tidak berjalan dengan semestinya, maka penduduk Indonesia tidak terkendali dalam perkembangannya. Seharusnya dengan dua orang anak cukup, maka ini lebih dari dua orang dalam setiap suami istri. Karena perkembangan penduduk yang sangat tidak terkendali, maka banyak terjadinya kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, gelandangan, anak jalanan, dan sebagainya. Dan masalah permukiman yang tidak efisien lagi. Banyaknya rumah yang lingkungannya kumuh dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Oleh sebab itu, 50% penduduk Indonesia hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan pendidikan.
Yang mendasari perkembangan penduduk di Indonesia adalah banyaknya masyarakat yang menikahkan anaknya yang masih muda. Dan gagalnya program keluarga berencana yang di usung oleh pemerintah untuk menekan jumlah penduduk. Karena factor – factor tersebut tidak berjalan dengan semestinya, maka penduduk Indonesia tidak terkendali dalam perkembangannya. Seharusnya dengan dua orang anak cukup, maka ini lebih dari dua orang dalam setiap suami istri. Karena perkembangan penduduk yang sangat tidak terkendali, maka banyak terjadinya kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, gelandangan, anak jalanan, dan sebagainya. Dan masalah permukiman yang tidak efisien lagi. Banyaknya rumah yang lingkungannya kumuh dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Oleh sebab itu, 50% penduduk Indonesia hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan pendidikan.
PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN”
Seiring dengan
perkembangan zaman, penduduk di seluruh dunia mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Termasuk penduduk di Indonesia. Sebagai manusia, memiliki
keturunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari eksistensi kita. Namun,
tanpa kita sadari memiliki keturunan dalam jumlah tidak terkendali, dapat
menjadi ancaman terbesar bagi kelangsungan eksistensi bagi manusia itu sendiri
dalam mencapai kehidupan yang lebih makmur dan sejahtera.
Melihat perannya,
penduduk suatu negara dapat berperan sebagai objek dan subjek pembangunan.
Sebagai objek, artinya penduduk merupakan faktor yang harus dibangun atau
ditingkatkan kualitas hidupnya. Sedangkan sebagai subjek penduduk merupakan
faktor pelaku proses pembangunan. Di lihat dari sisi yang lain, penduduk
merupakan beban sekaligus potensi bagi suatu negara. Apabila suatu negara
pertumbuhan penduduknya sangat tinggi, ini merupakan masalah. Hal ini
dikarenakan kapasitas wilayah suatu Negara terbatas.
Indonesia merupakan
negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup padat. Tidak bisa di
pungkiri bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia begitu
pesat dan tidak bisa di hindari, meskipun pemerintah telah melakukan upaya dan
berbagai solusi serta berbagai semboyan telah di tawarkan kepada masyarakat
namun tetap saja laju pertumbuhan penduduk tidak bisa terbantahkan. Meskipun
solusi yang di tawarkan tidak sesuai dengan harapan pemerintah, tapi setidaknya
bisa mereduksi sebagian masalah yang ada. Penduduk merupakan unsur penting
dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi.
Ada beberapa hal yang menyebabkan laju pertumbuhan
penduduk di Indonesia sulit untuk dihindari, di antaranya:
1. peningkatan
angka kelahiran,
2. umur
panjang,
3. penurunan
angka kematian,
4. kurangnya
pendidikan, pengaruh budaya,
5. imigrasi
dan emigrasi.
Dari segi ekonomi,
pertumbuhan penduduk yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan lapangan
pekerjaan yang luas maka hal ini akan menimbulkan pengangguran di mana-mana dan
kemiskinan pun tercipta. Ini tentu saja akan mempengaruhi proses kehidupan di
bidang lainnya. Kebutuhan ekonomi yang tidak memadai juga dapat berpengaruh
pada tingkat pendidikan dan kesehatan seseorang. Bagaimana mau memperoleh
pendidikan dan kesehatan yang layak, jika untuk kebutuhan hidup sehari-haripun
mereka susah mendapatkannya. Tak hanya berhenti di situ saja, tingkat kriminalitas
pun akan meningkat. Orang dalam kondisi lapar akan berbuat apa saja yang
penting kebutuhannya bisa terpenuhi. Ujung dari pertumbuhan penduduk yang
tinggi itu adalah menimbulkan kerusakan lingkungan dengan segala dampak yang
menyertainya seperti menurunnya kualitas pemukiman dan lahan yang
ditelantarkan. Intinya, pertumbuhan penduduk yang tinggi berpotensi menimbulkan
kemiskinan dan menurunnya kesejahteraan rakyat, sampai menurunnya kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat menghambat perkembangan negara
Indonesia.
Sementara itu jumlah penduduik indonesia disetiap
provinsi menurut Badan Pusat Statistik Laju pertumbuhan penduduk di gambarkan
pada tabel dibawah
Menurut Badan Pusat
Statistik jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang menghuni Pulau Jawa
termasuk Madura, jumlah penduduk terbanyak adalah propinsi Jawa Barat sebanyak
43,02 juta, diikuti kemudian oleh Jawa Timut 37,48 juta, Jawa Tengah 32,38
juta, Banten 10,64 juta, DKI Jakarta 9,59 juta dan DIY sebanyak 3,46 juta
orang. Namun demikian angka laju pertumbuhan penduduk periode 2000-2010 ini
yang tertinggi justru dicatat oleh Papua yaitu 5,39% dan terendah propinsi Jawa
Tengah sebesar 0,37%.
Perkembangan lingkungan
permukiman di daerah perkotaan tidak terlepas dari pesatnya laju pertumbuhan
penduduk baik karena faktor pertumbuhan penduduk secara alami serta proses
urbanisasi. Banyaknya pendatang dari luar kota yang jumlahnya banyak mendorong
laju pertumbuhan penduduk sehingga meningkatkan pemukiman padat penduduk.
Pemukiman merupakan
bagian dari lingkungan hidup yang digunakan sebagai tempat
tinggal dari sekelompok manusia yang saling
berinter - aksi serta berhubungan setiap hari dalam rangka untuk mewujudkan
masyarakat yang tenteram, aman dan damai. Permukiman adalah bagian dari
lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan
maupun pedesaan yang berfungsi sebagai hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung peri kehidupan dan penghidupan.
Pemukiman adalah suatu struktur fisik dimana
orang menggunakannya untuk tempat berlindung, termasuk juga semua fasilitas dan
pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani
dan rokhani serta keadaan sosialnya, baik untuk keluarga maupun individu.
Pemukiman atau perumahan sangat berhubungan dengan
kondisi ekonomi sosial, pendidikan, tradisi atau kebiasaan, suku, geografi dan
kondisi lokal. Selain itu lingkungan perumahan atau pemukiman dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang dapat menentukan kualitas lingkungan perumahan tersebut
antara lain fasilitas pelayanan, perlengkapan, peralatan yang dapat menunjang
terselenggaranya kesehatan fisik, kesehatan mental, kesehatan sosial bagi
individu dan keluarganya.
Ciri-ciri permukiman kumuh yang tampak pada citra
adalah mempunyai pola tidak teratur, rapat tidak ada jarak antar rumah,
sebagian besar rumah beratapkan asbes atau seng dan sebagian kecil beratapkan
genteng. Pada citra tersebut, atap asbes terlihat sebagai warna putih,
sedangkan rumah yang beratapkan genteng terlihat berwarna oranye.
Hubungan Pemukiman dan Kesehatan
Kondisi- kondisi
ekonomi, sosial, pendidikan, tradisi atau kebiasaan, suku, geografi dan
kondisi lokal sangat terkait dengan pemukiman atauperumahan. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi atau yang dapat menentukan kualitas lingkungan
perumahan atau pemukiman antara lain fasilitas
pelayanan, perlengkapan, peralatan yang dapat menunjang terselenggaranya
keadaan fisik, kesehatan mental, kesejahteraan sosial bagi individu dan
keluarganya (dr. H. Haryoto Kusnoputranto, SKM). Penyehatan lingkungan tempat
pemukiman adalah segala upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
tempat pemukiman beserta lingkungannya dan pengaruhnya terhadap manusia.
Tujuan dilaksanakan Kesehatan Lingkungan di Tempat
Permukiman
Tujuan
yang dilakukan pada kesehatan lingkungan memiliki beberapa macam. Berikut
ciri-cirnya:
1. Penataan dan pemukiman
yang memenuhi syarat kesehatan.
Pemukiman sehat adalah suatu tempat untuk tinggal
secara permanen, berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat,
berrekreasi dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang
memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, bebas dari penularan penyakit dan
kecelakaan. Satuan Lingkungan Permukiman adalah kawasan perumahan dalam
berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan
sarana lingkungan yang teratur.
2. Terwujudnya suatu kondisi
perumahan yang layak huni dalam lingkungan yang sehat.
Ini artinya bahwa rumah di perumahan itu harus
sehat, rumah yang dapat menjadi tempat berlindung / bernaung dan
beristirahat sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani
maupun sosial. Kondisi perumahan yang layak huni artinya harus layak sebagai
tempat hunian yag dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Prasarana
lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan
lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sarana lingkungan
adalah fasilitas penunjang berfungsi untuk penyelenggaraan
dan pengembangan kehidupan ekonomi, social dan budaya.
3. Mengurangi resiko
kebakaran, kecelakaan, penularan penyakit.
Dalam mengurngi resiko kebakaran, kecelakaan,
penularan penyakit diperlukan sara dan utilitas. Utilitas umum merupakan
bangunan bangunan yang dibutuhkan dalam sistem pelayanan lingkungan yang
diselenggarakan baik oleh pemerintah atau swasta, Utilitas yang dimaksud adalah
penyediaan yang menyangkut jaringan air bersih, listrik, pembuangan sampah,
telepon dan gas .
BPLHD Ibu Kota Jakarta, Jumlah penduduk DKI
Jakarta pada tahun 2012 berdasarkan proyeksi penduduk sebanyak 9.932.063
jiwa, dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2011sebanyak
9.761.992 jiwa, telah terjadi peningkatan sebesar 170.071 jiwa atau naik
sebesar 1,74 persen. Perkembangan jumlah penduduk DKI Jakarta selama empat
dasawarsa (1961-1990) jumlah penduduk tumbuh dengan pesat dari 2,9 juta
jiwa pada tahun 1961 menjadi 4,6 juta jiwa pada tahun 1971, atau laju
pertumbuhan penduduk per tahun nya sebesar 4,62 persen. Sepuluh tahun
berikutnya, jumlah penduduk bertambah lagi menjadi 6,5 juta jiwa, dengan laju
pertumbuhan 4,01 persen per tahun. Tahun 1990, penduduk DKI Jakarta naik
sekitar 1,7 juta jiwa, sehingga jumlah penduduk menjadi 8,3 juta jiwa. Selama
periode 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,42 persen per tahun. Laju
pertumbuhan pada periode ini mengalami penurunan signifikan dibandingkan
periode sepuluh tahun sebelumnya. Pada kurun waktu 1990-2000, pertambahan
penduduk DKI Jakarta dapat dikendalikan sehingga kenaikannya hanya sekitar 0,16
persen. Pada periode 2000-2010, laju pertumbuhan penduduk mengalami
penurunan menjadi1,43 persen per tahun, sedangkan pada tahun 2010-2012
menjadi 1,67 persen.
Jumlah penduduk DKI Jakarta sebanyak9.932.063juta
pada tahun 2012 tersebut merupakan jumlah penduduk “malam hari”.Keunikan jumlah
penduduk DKI Jakarta adalah adanya perbedaan jumlah penduduk pada malam hari
dibandingkan dengan siang hari. Pada siang hari di perkirakan mencapai sekitar
10,7 juta jiwa. Kondisi ini di pengaruhi oleh penglaju (commuter) yaitu
penduduk yang tinggal di luar Wilayah DKI Jakarta tetapi melakukan aktivitas
pada siang hari seperti bekerja dan bersekolah di Wilayah DKI Jakarta.
Jumlah penduduk DKI Jakarta yang terus meningkat ini
perlu dicermati karena dapat menimbulkan permasalahan di berbagai bidang.
Masalah yang berkaitan erat dengan jumlah penduduk yang tinggi antara lain
masalah permukiman, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan
ketenagakerjaan serta sanitasi lingkungan, dan salah satu masalah yang
muncul dan perlu di waspadai oleh Pemda DKI Jakarta adalah munculnya
permukiman-permukiman kumuh(slum area) di beberapa wilayah DKI Jakarta.
Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat pendidikan
Pertumbuhan penduduk
adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu
dibandingkan waktu sebelumnya. Misalnya pertumbuhan penduduk Indonesia dari
tahun 1995 ke tahun 2000 adalah perubahan jumlah penduduk Indonesia dari tahun
1995 sampai 2000.
Selain merupakan
sasaran pembangunan, penduduk juga merupakan pelaku pembangunan. Maka kualitas
penduduk yang tinggi akan lebih menunjang laju pembangunan ekonomi. Usaha yang
dapat dilakukan adalah meningkatkan kualitas penduduk melalui fasilitas
pendidikan, perluasan lapangan pekerjaan dan penundaan usia kawin pertama.
Di negara-negara yang
anggaran pendidikannya paling rendah, biasanya menunjukkan angka kelahiran yang
tinggi. Tidak hanya persediaan dana yang kurang, tetapi komposisi usia secara
piramida pada penduduk yang berkembang dengan cepat juga berakibat bahwa rasio
antara guru yang terlatih dan jumlah anak usia sekolah akan terus berkurang.
Akibatnya, banyak negara yang sebelumnya mengarahkan perhatian terhadap
pendidikan universitas, secara diam-diam mengalihkan sasarannya.
Helen Callaway, seorang
ahli antropologi Amerika yang mempelajari masayakat buta huruf, menyimpulkan
bahwa perkembangan ekonomi dan perluasan pendidikan dasar telah memperluas
jurang pemisah antara pria dan wanita. Hampir di mana-mana pria diberikan
prioritas untuk pendidikan umum dan latihan-latihan teknis. Mereka adalah
orang-orang yang mampu menghadapi tantangan-tantangan dalam dunia. Sebaliknya
pengetahuan dunia ditekan secara tajam pada tingkat yang terbawah.
Pertambahan penduduk
yang cepat, lepas daripada pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan,
cenderung untuk menghambat perimbangan pendidikan. Kekurangan fasilitas
pendidikan menghambat program persamaan/perimbangan antara laki-laki dan
wanita, pedesaan dan kota, dan antara bagian masyarakat yang kaya dan miskin.
Pengaruh daripada
dinamika penduduk terhadap pendidikan juga dirasakan pada keluarga. Penelitian
yang dilakukan pada beberapa negara dengan latar belakang budaya yang berlainan
menunjukkan bahwa jika digabungkan dengan kemiskinan, keluarga dengan jumlah
anak banyak dan jarak kehamilan yang dekat, menghambat perkembangan berfikir
anak-anak, berbicara dan kemauannya, di samping kesehatan dan perkembangan
fisiknya. Kesulitan orang tua dalam membiayai anak-anak yang banyak, lebih
mempersulit masalah ini.
Pertambahan penduduk
yang cepat menghambat program-program perluasan pendidikan, juga mengarah pada
aptisme di dunia yang kesulitan untuk mengatasinya.
Tingkat pendidikan
adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan (UU RI
No. 20 Tahun 2003 Bab I, Pasal I ayat 8).
Jalur pendidikan
terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya. Jenjang pendidikan formal terdiri atas jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sebagai persiapan
untuk memasuki pendidikan dasar diselenggarakan kelompok belajar yang disebut
pendidikan prasekolah. Pendidikan prasekolah belum termasuk jenjang pendidikan
formal, tetapi baru merupakan kelompok sepermainan yang menjembatani anak
antara kehidupannya dalam keluarga dengan sekolah.
Tingkat
Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan
bekal dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan menengah. Oleh karena itu pendidikan dasar
menyediakan kesempatan bagi seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan
yang bersifat dasar yang berbentuk Sekolah Dasar (SD) atau bentuk lain yang
sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau bentuk lain yang sederajat.
UU RI No. 20 Tahun 2003 menyatakan dasar dan wajib belajar pada Pasal 6 Ayat 1
bahwa, “Setiap warga negara yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar.
Tingkat
Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah yang lamanya tiga tahun sesudah
pendidikan dasar, di selenggarakan di SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) atau
satuan pendidikan yang sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah
berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dalam hubungan ke
atas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan tinggi ataupun
memasuki lapangan kerja.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah
umum, pendidikan menengah kejuruan, dan pendidikan menengah luar biasa,
pendidikan menengah kedinasan dan pendidikan menengah keagamaan (UU No. 20
Tahun 2003 Bab VI Pasal 18 Ayat 1-3)
Tingkat
Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan
menengah, yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik untuk menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang
yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan,
teknologi dan/atau kesenian.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut lembaga
pendidikan tinggi melaksanakan misi “Tridharma” pendidikan tinggi yang meliputi
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam ruang lingkup
tanah air Indonesia sebagai kesatuan wilayah pendidikan nasional.
Pendidikan tinggi juga berfungsi sebagai jembatan antara
pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional dengan perkembangan internasional.
Untuk itu dengan tujuan kepentingan nasional, pendidikan tinggi secara terbuka
dan selektif mengikuti perkembangan kebudayaan yang terjadi di luar Indonesia
untuk di ambil manfaatnya bagi pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional.
Untuk dapat mencapai dan kebebasan akademik, melaksanakan misinya, pada lembaga
pendidikan tinggi berlaku kebebasan mimbar akademik serta otonomi keilmuan dan
otonomi dalam pengolaan lembaganya.
Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan
tinggi di sebut perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademi, politeknik,
sekolah tinggi, institut, dan universitas.
Akademi merupakan perguruan tinggi yang
menyelenggaran pendidikan terapan dalam suatu cabang atau sebagian cabang ilmu
pengetahuan teknologi dan kesenian tertentu.
Politeknik merupakan perguruan tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan terapan dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.
Sekolah tinggi ialah perguruan tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam satu disiplin
ilmu atau bidang tertentu.
Institut ialah perguruan tinggi terdiri atas
sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau
profesional dalam sekelompok disiplin ilmu yang sejenis.
Universitas ialah perguruan tinggi yang terdiri atas
sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau
profesional dalan sejumlah disiplin ilmu tertentu.
Pendidikan yang
bersifat akademik dan pendidikan profesional memusatkan perhatian terutama pada
usaha penerusan, pelestarian, dan pengembangan peradaban, ilmu, dan teknologi,
sedangkan pendidikan yang bersifat profesional memusatkan perhatian pada usaha
peradaban serta penerapan ilmu dan teknologi. Dalam rangka pengembangan diri, bangsa,
dan negara.
Output pendidikan
tinggi diharapkan dapat mengisi kebutuhan yang beraneka ragam dalam masyarakat.
Dari segi peserta didik kenyataan menunjukkan bahwa minat dan bakat mereka
beraneka ragam. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka perguruan tinggi di
susun dalam multistrata. Suatu perguruan tinggi dapat menyelenggarakan gerakan
satu strata atau lebih. Strata dimaksud terdiri dari S0 (non strata) atau
program diploma, lama belajarnya 2 tahun (D2) atau tiga tahun (D3), juga
program nongelar. S1 (program strata satu), lama belajarnya empat tahun, dengan
gelar sarjana, S2 (Program strata dua) atau program pasca sarjana, lama
belajarnya dua tahun sesudah S1, dengan gelar magister, S3 (program strata tiga
atau program doctor), lama belajarnya tiga tahun sesudah S2, dengan gelar
doktor.
Program diploma atau program nongelar memberi
tekanan pada aspek praktis profesional sedangkan program gelar memberi tekanan
pada aspek ataupun aspek akademik profesional.
Disamping program diploma dan program sarjana,
pendidikan tinggi (dalam hal ini LPTK atau Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan) dapat juga menyelenggarakan program Akta mengajar yaitu Akta III,
Akta IV, dan Akta V. Program ini diadakan untuk melayani kebutuhan akan tenaga
mengajar di satu sisi dan pada sisi yang lain untuk melindungi profesi guru
(tenaga kependidikan). Dengan ini dimaksudkan bahwa seorang hanya dianggap sah
memiliki kewenangan mengajar jika memiliki sertifikat atau akta mengajar,
Program Akta Mengajar merupakan program paket kependidikan sebesar 20 SKS atau
untuk lama studi satu semester (6 bulan) bagi masing-masing jenjang Akta.
Pertumbuhan penduduk dan kelaparan :
Kekurangan gizi dan angka kematian anak meningkat di
sejumlah kawasan yang paling buruk di Asia dan Pasifik kendati ada usaha
internasional untuk menurunkan keadaan itu, kata sebuah laporan badan kesehatan
PBB hari Senin.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa
sasaran kesehatan yang ditetapkan berdasarkan delapan Tujuan Pembangunan
Milenium PBB tahun 2000 tidak akan tercapai pada tahun 2015 berdasarkan
kecnderungan sekarang.
“Sejauh ini bukti menunjukkan bahwa kendati ada
beberapa kemajuan, di banyak negara, khususnya yang paling miskin, tetap
ketinggalan dalam kesehatan,” kata Dirjen WHO Lee Jong Wook dalam laporan itu.
Kendati tujuan pertama mengurangi kelaparan,
situasinya bahkan memburuk sementara negara-negara miskin berjuang mengatatasi
masalah pasokan pangan yang kronis, kata data laporan itu.
Antara tahun 1990 dan 2002– data yang paling akhir– jumlah
orang yang kekurangan makanan meningkat 34 juta di indonesia dan 15 juta di
Surabaya dan 47 juta orang di Asia timur, kata laporan tersebut.
Proporsi anak berusia lima tahun ke bawah yang berat
badannya terlalu ringan di Surabaya, tenggara dan timur meningkat enam sampai
sembilan persen antara tahun 1990 dan 2003, sementara hampir tidak berubah (32
persen).
Lebih dari separuh anak-anak di Asia selatan
kekurangan gizi, sementara rata-rata di negara-negara berkembang tahun 2003
tetap sepertiga.
“Meningkatnya pertambahan penduduk dan produktivitas
pertanian yang rendah merupakan alasan utama kekurangan pangan di
kawasan-kawasan ini,” kata laporan itu.
Kelaparan cenderung terpusat di daerah-daerah
pedesaan di kalagan penduduk yang tidak memilki tanah atau para petani yang
memiliki kapling yang sempit untuk memenunhi kebutuhan hidup mereka,” tambah
dia.
Tidak ada satupun negara-negara miskin dapat
memenuhi tantangan mengurangi tingkat kematian anak.
Kematian bayi meningkat tajam di Surabaya antara
tahun 1999 dan 2003, yang menurut data terakhir yang diperoleh, dari 90 sampai
126 anak per 1.000 kelahiran hidup. Juga terjadi peningkatan tajam dari 38
menjadi 87 per 1.000 kelahiran hidup.
“Untuk sebagian besar negara kemajuan dalam
mengurangi kematian anak juga akan berjalan lambat karena usaha-usaha
mengurangi kekurangan gizi dan mengatasi diare, radang paru-paru, penyakit yang
dapat dicegah dengan vaksin dan malaria tidak memadai,” kata laporan itu.
Berdasarkan kecenderungan sekarang, WHO
memperkirakan pengurangan dalam angka kematian dikalangan anak berusia dibawah
lima tahun antara tahun 1990 dan 2015 akan menjadi sekitar seperempat, kurang
dari dua pertiga dari yang diusahakan.
Usaha untuk mengatasi kematian ibu juga sulit, kata
laporan WHO itu.
Tingkat kematian ibu diperkirakan akan menurun hanya
di negara-negara yang telah memiliki tingkat kematian paling rendah sementara
sejumlah negara yang mengalami angka terburuk bahkan sebaliknya.
WHO memperkirakan 504.000 dan 528.000 kematian dalam
setahun karena komplikasi dalam kehamilan dan kelahiran terjadi di Surabaya
Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan angka
kelahiran di Indonesia tersebut, diperparah dengan pola penyebaran penduduk
yang tidak merata. “Jika semua itu, tidak segera dikendalikan, maka hal itu akan
jadi beban buat kita semua. Karena itu, baik pria maupun wanita harus
memaksimalkan program KB,
Untuk mengurangi jumlah penduduk lapar tersebut,
maka menurut Diouf diperlukan peningkatan produksi dua kali lipat dari sekarang
pada tahun 2050. Peningkatan produksi ini khususnya perlu terjadi di negara
berkembang, di mana terdapat mayoritas penduduk miskin dan lapar.
Jumlah penduduk dunia yang mengalami kelaparan
meningkat sekitar 50 juta jiwa selama tahun 2007 akibat dari kenaikan harga
pangan dan krisis energi.
PERTUMBUHAN PENDUDUK, KEMISKINAN, KELAPARAN, DAN
KETERBELAKANGAN
Pertumbuhan penduduk
adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu
dibandingkan waktu sebelumnya. Pertumbuhan pendudukadalah
perubahan populasi sewaktu-waktu,
dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah
populasi menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran.
Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu
mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk
sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk
merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertambuhan penduduk yaitu faktor kelahiran, kematian, dan
perpindahan. Kelahiran (Fertilitas) yang merupakan faktor alami.
Kelahiran adalah bertambahnya jumlah penduduk di suatu wilayah. Kematian
(Mortalitas) yang juga merupakan faktor alami. Kematian adalah hilangnya
tanda-tanda kehidupan manusia secara permanen atau berkurangnya penduduk pada
suatu wilayah. Perpindahan (Migrasi) yang merupakan faktor non-alami.
Faktor terakhir yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan penduduk suatu daerah
adalah Perpindahan (Migrasi) atau Mobilitas Penduduk yang artinya proses gerak
penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain dalam jangka waktu tertentu.
Macam-macam pertumbuhan
penduduk yaitu pertumbuhan secara alami, migrasi, dan total. Pertumbuhan
penduduk alami adalah pertumbuhan penduduk yang diperoleh dari selisih
kelahiran dan kematian. Pertumbuhan penduduk migrasi adalah pertumbuhan
penduduk yang diperoleh dari selisih migrasi masuk dan migrasi keluar.
Pertumbuhan penduduk total adalah pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh
faktor kelahiran, kematian, dan migrasi.
Dampak pertumbuhan
penduduk di suatu negara sangat banyak dan bermacam-macam. Dampak pertumbuhan
penduduk ini sangat merugikan keberlangsungan makhluk hidup dan
apabila tidak ada pencegahan dari pertumbuhan penduduk ini, maka akan semakin
banyak dampak dan membuat keberlangsungan hidup suatu negara tidak lagi nyaman
untuk ditinggali. Dampak dari pertumbuhan penduduk yaitu lahan tempat tinggal
dan bercocok tanam berkurang, semakin banyaknya polusi dan limbah yang berasal
dari rumah tangga, pabrik, perusahaan, industri, peternakan, dll. Angka pengangguran
dan kemiskinan meningkat. Angka kesehatan dan kecukupan gizi
masyarakat menurun sehingga dapat menimbulkan penyakit baru. Pembangunan daerah
semakin dituntut banyak. Ketersediaan pangan sulit. Pemerintah harus membuat
kebijakan yang rumit.
Kemiskinan adalah
keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan
dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global.
Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara
yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan, dll. Kemiskinan berkaitan erat
dengan askes pelayanan kesehatan, pemenuhan kebutuhan gisi dan kalori. Dengan
demikian penyakit masyarakat umumnya berkaitan dengan penyakit menular, seperti
diare, penyakit lever, TBC dll. Juga penyakit kekurangan gizi termasuk busung
lapar, anemi terutama pada bayi, anak-anak dan ibu hamil. Kematian adalah
konsekuensi dari penyakit yang ditimbulkan karena kemiskinan ini. (kekurangan
gisi menyebabkan rentan terhadap infeksi). Baik itu kematian bayi baru lahir (neonatal,
kematian balita, kematian dewasa). Kaitan penduduk, kemiskinan, kesejahteraan
dan komponen demografi seperti fertilitas, mortalitas, morbiditas, migrasi,
ketenagakerjaan, perkawinan, dan aspek keluarga dan rumah tangga. Pengetahuan
tentang aspek demografi akan membantu para policy makers dan perencana program
untuk dapat membuat kebijakan yang tepat sasaran serta mengembangkan program
yang tepat.
Penyebab kemiskinan dan
keterbelakangan banyak dihubungkan dengan individu seseorang atau patologis, keluarga,
sub budaya, agensi dan struktural. Penyebab individual, atau patologis, yang
melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari
si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah penggunaan keuangan tidak
mengukur pemasukan. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan
pendidikan keluarga. Penyebab keluarga juga dapat berupa jumlah anggota
keluarga yang tidak sebanding dengan pemasukan keuangan
keluarga. Keluarga mempunyai tanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan
pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup dlll). Perlu
pemberdayaan keluarga. Penyebab sub-budaya (subcultural), yang
menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau
dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga yang mudah tergoda
dengan keadaan tetangga adalah contohnya. Penyebab agensi, yang melihat
kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah,
dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah gaji atau honor yang
dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.
Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil
dari struktur sosial.
Kelaparan adalah
suatu kondisi di mana tubuh masih membutuhkan makanan, biasanya
saat perut telah
kosong baik dengan sengaja maupun tidak sengaja untuk waktu yang cukup lama.
Kelaparan adalah bentuk ekstrem dari nafsu makan normal. Istilah ini
umumnya digunakan untuk merujuk kepada kondisi kekurangan gizi yang
dialami sekelompok orang dalam jumlah besar untuk jangka waktu yang relatif
lama, biasanya karena kemiskinan, konflik politik,
maupun kekeringancuaca.
Fakta mengenai kelaparan yang terjadi di Indonesia
adalah tiap hari kurang-lebih 24.000 orang meninggal karena lapar atau
hal-hal yang berkenaan dengan kelaparan. Angka ini telah menurun kalau
dibandingkan dengan sepuluh tahun yang lalu yang berkisar sekitar 35.000 dan
45.000 untuk dua puluh tahun yang lalu. Tiga perempat dari angka-angka kematian
ini adalah anak-anak berumur dibawah lima tahun. Kini, 10% dari anak-anak di
negara berkembang meninggal sebelum mereka berumur lima tahun. Angka ini
menurun 28% dari lima puluh tahun yang lalu. Kelaparan dan perang menyebabkan
hanya 10% kematian karena lapar, meskipun hal ini merupakan hal yang biasa kita
dengar sehari-hari. Kebanyakan dari kematian karena lapar disebabkan oleh
malnutrisi yang kronis akibat dari (keadaan bahwa) penderita tidak dapat
mendapatkan makanan yang cukup. Hal ini disebabkan oleh kemiskinan yang sangat
parah. Disamping kematian, malnutrisi juga menyebabkan kerusakan indra
penglihatan, kurang semangat, kelambatan pertumbuhan badan dan meningkatnya
kerawanan terhadap penyakit. Penderita malnutrisi berat tidak berdaya untuk
berfungsi melakukan kegiatan ringan sehari-hari. Diperkiran bahwa didunia ada
kira-kira 800 juta penderita kelaparan dan malnutrisi, yaitu 100 kali lebih
banyak dari yang meninggal karena kelaparan dan malnutrisi itu setiap tahunnya.
Pada hakekatnya, dibutuhkan hanya sedikit bahan dasar saja untuk memungkinkan
si miskin berkesinambungan dalam memproduksi makanan. Termasuk dalam bahan
dasar ini adalah bibit yang berkualitas tinggi, alat-alat yang sesuai dan
kemudahan dalam mendapatkan air. Sekedar peningkatan dalam teknik pertanian dan
cara penyimpanan makanan juga akan menolong. Banyak pakar dalam bidang
kelaparan percaya bahwa pada akhirnya jalan terbaik untuk mengurangi kelaparan
adalah lewat pendidikan. Orang-orang yang berpendidikan adalah bibit yang
terbaik dalam meningkatkan diri dari kemiskinan yang menjadi penyebab
kelaparan.
PENUTUP
Kesimpulan
ü Penduduk
adalah orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung, negara, dan
pulau) yang tercatat sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku di
tempat tersebut. Berdasarkan tempat lahir dan lama tinggal penduduk suatu
daerah dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu penduduk asli, penduduk
pendatang, penduduk sementara, dan tamu. Penduduk asli adalah orang yang
menetap sejak lahir
ü Penduduk
pendatang adalah orang yang menetap, tetapi lahir dan berasal dari tempat lain.
ü Penduduk
sementara adalah orang yang menetap sementara waktu dan kemungkinan akan pindah
ke tempat lain karena alasan pekerjaan, sekolah, atau alasan lain
ü Seiring
dengan perkembangan zaman, penduduk di seluruh dunia mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Termasuk penduduk di Indonesia
Saran
ü Sebaiknya kita semua harus menjaga agar tetap stabil
dalam pertumbuhan dan laju penduduk serta demi mengurangi pesatnya laju
penduduk
ü Kita juga harus menjaga dan menolong sesama manusia demi
terciptanya hubungan yang harmonis dan terjalinnya silaturahmi
DAFTAR PUSTAKA
Ø http://annisazainal.wordpress.com/tag/pengertian-pertumbuhan-penduduk/
Ø http://id.wikipedia.org/wiki/Pertumbuhan_penduduk
Ø http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
Ø http://id.wikipedia.org/wiki/Kelaparan
Ø http://www.lonweb.org/hunger/hung-ind-eng.htm
Ø http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan_02jan14.pdf
Komentar
Posting Komentar